Oleh : Tumini Sipayung, Roma Sihombing
Diterbitkan di : BISMAN INFO
Volume : 6 No : 1 Februari 2019
Penerbit : Politeknik Unggul LP3M
ISSN : 2355-1500
Abstrak
Peradaban dunia memang semakin tinggi, teknologi semakin modern dan canggih, cara berfikir semakin rasional dan ilmiah, tapi tidak dapat dipungkiri praktek okultisme masih nyata dan tetap saja menjadi perhatian kita bersama. Okultisme yang adalah kepercayaan dan praktek mistis masih ditemukan di kalangan pejabat, pelaku bisnis, dan kalangan akademisi. Praktek dan tindakan yang tidak tertangkap indrawi ini berkenaan dengan kepentingan pribadi maupun kepentingan jabatan. Ada yang melakukannya karena keinginan meraih ambisi dalam jenjang karir, ada karena kepentingan syahwat, dan tidak jarang untuk kepentingan mencelakai orang lain.
Dalam tatapan iman Kristen (Alkitab) sejak awal telah memperingatkan bahwa pikiran dan praktek okultisme adalah kekejian dan kejijikan bagi Tuhan, sebab hal itu sudah perbuatan menduakan Tuhan atau penyembahan berhala. “Jangan ada Allah lain di hadapanKu,” kata Tuhan dalam Titah Pertama. Bahkan Allah sudah mengingatkan, jika praktek berhala itu dilakukan akan ada hukuman berat, yangtidak hanya ditanggung oleh si pelaku tapi juga ditanggung oleh anak dan cucu. Tindakan okultisme adalah praktek kafir, dan sangat dilarang Alkitab.
Selain adanya hukuman dari Tuhan, tindakan okultisme juga berdampak secara rohani, psikologis, dan fisik. Secara rohani, orang yang melakukan praktek mistis itu akan mengalami depresi, cenderung tertutup terhadap lingkungan sosial, dan sangat fatal karena memusuhi Firman Allah. Secara psikologis, ada rasa ketakutan yang tidak wajar, hawa nafsu yang tidak terkontrol, pemarah, dan sering berkeinginan untuk bunuh diri akut. Dan secara fisik, akan terjai urat syaraf yang sakit, kemandulan, dan kematian yang tidak wajar. Tindakan okultisme mendapat perhatian akademik, agar terdiagnosa secara ilmiah untuk menghasilkan solusi yang konprehensif.